Proses recruitment adalah proses panjang yang harus dilalui baik oleh kandidat maupun tim recruiter perusahaan. Seringkali, dalam proses penyaringan antara kandidat dan recruiter ini menyebabkan permasalahan di antara keduanya. Permasalahan bisa disebabkan karena salah paham dan lainnya.
Masalah yang Sering Timbul dalam Proses Seleksi Kandidat
Tim recruiter dituntut untuk dapat menyaring kandidat sebaik mungkin sehingga dapat diperoleh top talent yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan. Namun, tanpa adanya persiapan dan keterbukaan yang baik antara tim recruiter dengan kandidat, proses ini sering menimbulkan drama yang melelahkan.
1. Proses Rekrutmen Terlalu Bertele-tele
Banyak kandidat yang memiliki Candidate Experience buruk saat mengikuti proses rekrutmen di suatu perusahaan atau organisasi. Candidate Experience yang buruk ini salah satunya dipengaruhi oleh proses rekrutmen yang dirasa terlalu bertele-tele dan tidak efisien.
Sebaliknya, pihak recruiter tidak menerima kritik yang disampaikan oleh kandidat mengenai proses rekrutmen. Hal ini dikarenakan tim recruiter merasa bahwa proses yang mereka jalankan sudah tepat sasaran untuk menemukan kandidat terbaik.
2. Penolakan Terhadap Kandidat Tanpa Alasan
Masalah yang kedua ini sering dialami oleh kandidat terutama di tahapan menjelang akhir atau setelah melalui tahap terakhir seleksi. Banyak kandidat yang merasa pihak perusahaan menolak mereka tanpa alasan yang jelas atau alasan yang terlalu mengada-ada.
Hal ini bisa terjadi disebabkan oleh tim recruiter yang sebelumnya sudah memberi pandangan bias mengenai seseorang. Pandangan yang bias ini menyebabkan orang tersebut sudah diberi pelabelan atau penilaian sepihak tanpa alasan yang sesuai.
Ini tentu menyebabkan drama tersendiri antara kandidat dan recruiter.
3. Timbulnya Rasa Ketidakadilan
Hal ini banyak dialami oleh kandidat yang telah melalui serangkaian seleksi namun merasa pihak recruiter tidak memberikan penilaian yang seimbang antara dirinya dengan kandidat lain. Kandidat merasa bahwa pihak recruiter terlalu menganak emaskan kandidat tertentu.
Seringkali masalah ini muncul karena faktor nepotisme, koneksi keluarga atau pertemanan, etnis, jenis kelamin hingga agama. Ketidakadilan juga muncul tatkala kandidat diberi pertanyaan yang dirasa terlalu menyudutkan sementara kandidat yang lain diberi pertanyaan seimbang.
4. Validasi yang Membutuhkan Waktu Lama
Drama atau masalah berikutnya yang sering terjadi antara recruiter dengan kandidat adalah recruiter yang membutuhkan waktu sangat lama untuk memvalidasi data yang diberikan. Proses seleksi yang terlalu lama ini menyebabkan kejengkelan tersendiri bagi para kandidat.
Sebaliknya, tim recruiter tidak ingin “kecolongan” karena memilih orang yang tidak tepat. Untuk meminimalisir hal ini, sebaiknya tim recruiter menerapkan aplikasi pendukung rekrutmen berbasis kecerdasan buatan.
Minimalisir Drama yang Terjadi dengan Penggunaan Software Berbasis AI
Shortlyst adalah tool untuk recruiter terbaik yang bekerja berdasarkan algoritma Artificial Intelligence untuk membantu para tim recruiter dalam menyeleksi profil kandidat yang masuk ke meja perusahaan. Berkat algoritma kecerdasan buatan, Shortlyst mampu menyeleksi ribuan pelamar dengan cepat dan tepat.
Apalagi Shortlyst dibantu oleh database kandidat hingga mencapai lebih dari 600 juta profil di seluruh dunia. Database ini terhubung dengan media kandidat meliputi email, LinkedIn, Whatsapp dan Slack. Dari sini, perusahaan bisa melihat calon kandidat yang tepat untuk mengisi posisi di perusahaannya.
Fitur lain yang ada yakni rekomendasi kandidat, fitur saling tag, dan analisis.
Shortlyst hadir dengan biaya yang sangat terjangkau namun dengan fitur yang sangat banyak. Percayakan kebutuhan rekrutmen di perusahaan Anda dengan menggunakan Shortlyst. Software ini mampu meminimalisir masalah yang sering terjadi antara kandidat dan recruiter dalam proses rekrutmen.