Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Riza mengklarifikasi, pernyataan yang menyebutkanIndonesia gagal membeli dua jenis vaksin, yakni Sinopharm dan AstraZeneca gara gara Mantan Menteri Kesehatan (Menkes)Terawan Agus Putranto. Sebelumnya, pernyataan itu disampaikannya dalamdiskusi daring bertajuk 'Crazy Rich Masuk Kabinet; Membaca Politik Plutokrasi Era Jokowi," Minggu (27/12/2020). Faisol memberi penekanan bahwa pernyataannya itu baru sebatas kabar.
Padahal menurut dia, Indonesia masih berusaha menjajaki kerja sama dengan produsen pembuat vaksin virus corona, selain dari Sinovac yang sudah masuk ke Indonesia. Politikus PKB itu mengatakan, jika proses negosiasi dan administrasi selesai, kemungkinan vaksin akan secara bertahap masuk ke Indonesia. "Untuk AstraZeneca masih dalam proses.Selanjutnya secara bertahap akan masuk ke Indonesia," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, DPR RI membongkar fakta mengejutkan seputar pembelian vaksin virus corona. Indonesia disebut gagal membeli dua jenis vaksin, yakni Sinopharm dan AstraZeneca gara gara Mantan Menteri Kesehatan (Menkes)Terawan Agus Putranto. Indonesia awalnya berencana membeli 5 jenis vaksin Covid 19 yakni Pfizer, Sinovac, Sinopharm, Moderna, dan AstraZeneca.
Namun, Terawan tidak mau menandatangani kontrak dengan sejumlah produsen vaksin. Akibatnya, Indonesia gagal bekerja sama dan mendapatkan vaksin Sinopharm dan AstraZeneca. ”Sinopharm, Sinovac dan AstraZeneca yang kabarnya gagal karena Menkes sebelumnya (Terawan) tidak mau tanda tangan (kontrak),” kata Ketua Komisi VI DPR, Faisol Riza dalam sebuah diskusi daring bertajuk 'Crazy Rich Masuk Kabinet; Membaca Politik Plutokrasi Era Jokowi', Minggu (27/12).
"Dan ini semua tentu jadi catatan," imbuhnya. Faisol lantas menyambut reshuffle kabinet Indonesia Maju. Menurutnya, sosok Budi Gunadin sebagai Menkes baru menggantikan Terawan dapat memberikan angin segar dalam penanganan pandemi virus corona, satu diantaranya terkait pengadaan vaksin. "Saya lebih ingin melihat bahwa kabinet ini mungkin kabinet yang diharapkan Pak Jokowi bisa bekerja di 2021, di mana memberikan dua tekanan pertama suksesnya vaksinasi. Kedua, pemulihan ekonomi lebih cepat," katanya.